Konsep diversifikasi seringkali diilustrasikan dengan perkataan “jangan menaruh telur pada satu keranjang”(don’t put your eggs in one basket). Risiko dapat dikurangi dengan melakukan diversiffikasi, artinya kita dalam membeli aktiva tidak hanya terbatas pada satu jenis, yakni dengan melakukan berbagai kombinasi saham. Konsep ini selanjutnya lebih dikenal teori "portofolio". Yang dimaksud portofolio disini adalah sekumpulan proyek atau kombinasi investasi yang dimiliki oleh perusahaan untuk mengurangi risiko.
Tujuan Melakukan Diversifikasi :
Seacara umum untuk meningkatkan keuntungan dan pembagian resiko.
Harberg dan Rieple menyatakan diversifikasi dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yakni:
- Pertumbuhan dan nilai tambah >> Investasi yang dilakukan perusahaan ketika memberikan keuntungan bagi perusahaan, misalnya mengakuisisi perusahaan yang memiliki sumber daya strategis seperti pemasok yang memproduksi bahan baku utama perusahaan atau merupakan distributor yang telah memiliki saluran distribusi yang luas. Diversifikasi usaha seperti ini akan memberikan nilai tambah secara tidak langsung dari perusahaan yang diakuisisi tersebut
- Meratakan resiko >> Perusahaan berinvestasi pada beberapa usaha maka resiko yang dimiliki satu usaha tidak berpengaruh secara total terhadap perusahaan karena dapat diimbangi oleh return dari usaha lainnya.
- Mencegah monopoli pesaing >> Penguasaan pada usaha yang memiliki sumber daya strategis selain dapat memberikan nilai tambah juga mencegah penguasaan oleh kompetitor.
- Mencapai sinergi >> Kombinasi antara segmen usaha diharapkan memiliki kemampuan untuk mencapai sesuatu, yang tidak mungkin dicapai bila usaha tersebut bekerja sendiri-sendiri.
- Mengendalikan pemasok dan distributor >> bertujuan memudahkan perusahaan dalam mengendalikan harga dan mutu agar dapat bersaing.
- Pemenuhan ambisi dari personel manajer >> Hal ini berkaitan dengan penghargaan yang akan diterima oleh manajer tersebut. Saat perusahaan melakukan diversifikasi usaha, maka ruang lingkup tugas manajer juga biasanya semakin besar.
Manfaat Diversifikasi :
Hampir semua tujuan perusahaan melakukan diversifikasi, terdapat dua manfaat yang berpengaruh besar terhadap operasional dan daya tahan perusahan itu sendiri
Meningkatkan Profitabilitas dan Daya Saing
Dengan (investasi) di berbagai jenis produk akan mencegah pesaing anda memonopoli pasar. Berdampak mempersepit ruang gerak para pesaing baru sehingga market share yang diraih dari berbagai produk akan menambah pemasukan untuk perusahaan.
Meminimalisir Resiko
Bahwa risiko selalu ada di segala aktifitas hidup, dan selalu menjadi ancaman perusahaan. Dengan diversifikasi secara tidak langsung akan mengurangi dampak resiko di masa yang akan datang. Jika satu unit usaha anda mengalami kerugian, bahkan hingga gulung tikar, masih ada unit usaha lainnya yang masin berjalan sehingga selalu bisa “survive”.
Diversifikasi yang baik:
- Jangan melakukan diversifikasi dalam instrumen – instrumen yang memiliki karakter yang sama.
- Membandingkan karakter suatu instrumen investasi dalam hal potensi return, risiko dan likuiditas.
- Selalu sediakan uang untuk investasi.
Dampak negatif diversifikasi yang berlebihan :
- Kesulitan untuk mengontrol perkembangan investasi.
- Pertumbuhan investasi kurang memuaskan.
- Munculnya biaya-biaya yang tidak terduga.
EFEK DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO
- Menggunakan analisis statistik
- Melihat diversifikasi dalam konteks portofolio dengan aset yang independen
- Melihat diversifikasi dalam konteks portofolio dengan aset yang dependen (berkorelasi satu sama lain)
DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO
Aset Independen Satu Sama Lain
Portofolio dengan N aset yang independent satu sama lain. Risiko aset diukur dengan standar deviasi, sehingga tingkat keuntungan aset yang diharapkan dan risiko aset tersebut adalah:
Aset Independen Satu Sama Lain
Portofolio dengan N aset yang independent satu sama lain. Risiko aset diukur dengan standar deviasi, sehingga tingkat keuntungan aset yang diharapkan dan risiko aset tersebut adalah:
E(Ri) = E(R1), …, E(RN)
Artinya :- Risiko portofolio (diukur melalui variansnya) adalah varians aset individual dibagi dengan jumlah aset (N) dalam portofolio.
- Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika N menjadi semakin besar, maka risiko portofolio akan semakin turun. Jika N mendekati tidak terhingga (N → ∞), maka risiko portofolio akan menjadi nol.
- Dengan kata lain, kita mempunyai portofolio dengan tingkat keuntungan yang pasti (tidak ada kemungkinan penyimpangan).
Portofolio yang terdiri dari N aset, tetapi aset tersebut berkaitan (berkorelasi, atau tidak independent) satu sama lain. Tingkat keuntungan portofolio yang diharapkan adalah :
E(RP) = (1/N) R1 + … (1/N) RN
Artinya :- Karena aset-aset tersebut tidak independent satu sama lain, maka ada kovarians atau korelasi antar aset.
- Kovarians antar aset tidak bisa dihilangkan.
- Risiko portofolio dalam situasi adalah penjumlahan dari varians setiap aset dengan kovarians antar aset.
Risiko Total, Risiko Sistematis, dan Risiko Tidak Sistematis
- Risiko sistematis sering disebut dengan istilah risiko pasar, risiko umum, systematic risk atau general risk. Risiko sistematis pada umumnya sifatnya sistematik dan sulit dihindari. Contoh risiko sistematik adalah peningkatan suku bunga (interest rate risk), kenaikan inflasi (purchasing power / inflationary risk) dan volatilitas pasar yang tinggi (market risk).
- Risiko non sistematis sering disebut dengan istilah risiko spesifik, risiko perusahaan atau un-systematic risk. Risiko non sistematis pada umumnya dapat dikelola dengan menggunakan portofolio. Contoh portofolio investasi adalah reksadana. Reksadana pada umumnya terdiri dari beberapa jenis saham, obligasi atau produk-produk keuangan lainnya.
Teori
- Teori portofolio yang dikembangkan oleh Markowitz (1952, 1959), Sharpe (1963, 1964), Lintner (1965), dan lainnya, memberikan pandangan baru mengenai karakteristik risiko dan portofolio
- Markowitz mengembangkan model dua parameter, yaitu rata-rata keuntungan (mean) dan deviasi standar dari mean keuntungan tersebut.
- Sharpe (1963) mengembangkan model indeks tunggal. Dengan menggunakan model tersebut, Sharpe bisa mendekomposisi risiko total (yaitu deviasi standar) ke dalam risiko unik perusahaan (risiko yang bisa dihilangkan melalui diversifikasi, atau disebut juga sebagai risiko tidak sistematis), dan risiko pasar (risiko yang tidak bisa dihilangkan melalui diversifikasi, atau disebut juga risiko sistematis)
Risiko total = risiko sistematis + risiko tidak sitematis
Risiko Yang Bisa dan Yang Tidak Bisa Didiversifikasikan
- Contoh risiko bisa didiversifikasi adalah (risiko tidak sistematis) : Misalkan kita memegang saham Astra kemudian pabrik Astra mengalami kebakaran yang mengakibatkan penurunan keuntungan. Dengan demikian kita megalami kerugian karena saham perusahaan mengalami penurunan. Namun disisi lain kita juga mempunyai saham Indomobil sehingga kita mempunyai portofolio dari saham Astra dan Indomobil. Berita buruk Astra menjadi berita baik Indomobil. Pasokan Astra berkurang dan Indomobil meningkat, dengan begitu kerugian saham di Astra bisa dikompensasi oleh keuntungan dari Indomobil.
- Contoh risiko yang tidak bisa didiversifikasi adalah ( risiko sistematis ) : Misalkan terjadi resesi perekonomian di Indonesia sehingga permintaan terhadap produk-produk Indonesia melemah. Menyebabkan penjualan mobil mengalami penurunan baik Astra maupun Indomobil sehingga harga saham keduanya juga mengalami penurunan àcara menurunkan dengan memasukan asset dari luar negeri.
- Konsep diversifikasi murni sesuai dengan portofolio instrumen keuangan, asuransi, dan sejenisnya.
- Dalam konteks bisnis, logika diversifikasi semacam itu tidak bisa sepenuhnya dilakukan, karena ada banyak pertimbangan lain yang harus diperhitungkan.
- Pertimbangan lain yang diperlukan dalam hal iniadalah pertimbangan penting dalam situasi potensi sinergi dari perluasan lini produk.
Skala Ekonomi
Skala ekonomi berangkat dari filosofi “lebih besar, lebih baik”.
Sebagai contoh, jika kita memesan barang dalam jumlah besar, kita akan memperoleh potongan kuantitas, atau harga yang lebih rendah. Jika kita ingin menyewa tenaga profesional, maka volume penjualan perusahaan harus cukup besar untuk bisa memanfaatkan tenaga profesional tersebut. Jika ukuran perusahaan terlalu kecil, penggunaan tenaga profesional tidak cukup efisien karena tidak bisa dimanfaatkan dengan penuh.
Skope Ekonomi (economies of scope)
Skope ekonomi mengacu pada sinergi yang bisa diperoleh jika perusahaan memproduksi dua produk atau lebih dengan menggunakan input yang sama.
Secara umum, skope ekonomi akan diperoleh jika biaya gabungan lebih kecil dibandingkan dengan penjumlahan biaya individual, seperti berikut ini.
AC(1 + 2) < AC(1) + AC(2)
No comments:
Post a Comment