Friday, 29 November 2019

Six Thinking Hats

Six Thinking Hats atau 6 Topi Berpikir, sebuah teori pengambilan keputusan diperkenalkan oleh Edward Charles Francis Publius de Bono yang lahir di Malta pada 19 Mei 1933, seorang dokter dan psikolog dalam buku dengan judul Six Thinking Hats pada tahun 1985. Menurutnya manusia memiliki enam gaya berpikir yang diibaratkan sebagai 6 buah topi. Sebuah teknik mind-mapping (langkah pengambilan keputusan yang dengan ilustrasi topi 6 warna ) dalam membantu proses pengambilan keputusan yang berasal dari beberapa sudut pandang penting. Teknik ini akan membuat kita keluar dari kebiasaan berpikir yang lama, dan membantu kita melihat situasi secara lebih menyeluruh dan fokus kepada pengambilan keputusan.


General hat issues
  • Direction, not description
Set out to think in a certain direction “Let’s have some black hat thinking…”
  • Not categories of people
Not: “He’s a black hat thinker.” Everyone can and should use all the hats
  • A constructive form of showing off
Show off by being a better thinker Not destructive right vs. wrong argument
  • Use in whole or in part


Benefits of Six Thinking Hats
  • Provides a common language
  • Experience & intelligence of each person (Diversity of thought)
  • Use more of our brains
  • Helps people work against type, preference
  • Removal of ego (reduce confrontation)
  • Save time
  • Focus (one thing at a time)
  • Create, evaluate & implement action plans
Six hats summary
  • Blue: control & organization of thinking
  • White: objective facts & figures
  • Red: emotions & feelings
  • Yellow: hope, positive & speculative
  • Green: creativity, ideas & lateral thinking
  • Black: cautious & careful

Thursday, 28 November 2019

Epistemologi

  • Bahasa Yunani ἐπιστήμη, epistēmē, artinya "pengetahuan" pemahaman", dan λόγος, logos, artinya "diskursus") adalah cabang dari filsafat yang berkaitan, membahas tentang ciri dan ranah pengetahuan; dikenal juga sebagai “filsafat pengetahuan” atau “teori pengetahuan”
  • Segala macam bentuk aktivitas dan pemikiran manusia yang selalu mempertanyakan dari mana asal muasal ilmu pengetahuan itu diperoleh. (Abdul Munir Mulkhan : 1993)
  • Ilmu yang secara khusus mempelajari dan mempersoalkan secara dalam mengenai apa itu pengetahuan, dari mana pengetahuan itu diperoleh serta bagaimana cara memperolehnya. (Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair : 1990)
  • Bagian ilmu filsafat yang secara khusus mempelajari dan menentukan arah dan kodrat pengetahuan. Pendek kata, arti episteminologi adalah cabang filsafat yang berurusan mengenai ruang lingkup serta hakikat pengetahuan. (Mujamil Qomar : 2006)
  • Cara serta arah berfikir manusia dalam menemukan dan memperoleh suatu ilmu pengetahuan dengan menggunakan kemampuan rasio (akal), indera serta intuisi. (Jujun S. Suria Sumantri)
  • Teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu. (Darwis. A. Soelaiman, 2007, hal. 61).
  • Cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu. (Surajiyo, 2008, hal. 25).
  • Cabang filsafat yang mempelajari tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. J.A Niels Mulder
  • Pengetahuan tentang pengetahuan dan pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan kita sendiri bukannya pengetahuan orang lain tentang pengetahuan kita, atau pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan orang lain. Jacques Veuger
Permasalahan Dalam Epistemologi :
  • Apakah manusia mampu mengetahui hakekat, keabsahan dan kebenaran pengetahuan.
  • Pengetahuan apakah bersifat kemungkinan atau suatu keyakinan tanpa celah keraguan
  • Cara yang dipakai untuk dapat mengetahui.
  • Sumber munculya pengetahuan, apakah dari luar atau dari dalam.
  • Bagaimana pengetahuan diperoleh, intuisi, akal atau indera, atau secara bersama, dan apakah masing-masing punya keabsahannya sendiri-sendiri.
Obyek Pengetahuan
1. Fenomena/gejala alam fisis (External  world)
2. Masa lalu (the Past)
3. Masa depan (The future)
4. Values (etis, estetis, religius)
5. Mind (dimensi dalam/psikis)

Alat Pengetahuan
  • Panca-Indera
  • Akal
  • Nurani
  • Naluri
  • Intuisi
  • Imajinasi
Metode yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan :
Empirisme,
Melalui pengalaman yang dialami dan dirasakan manusia melalui panca indera.
Rasionalisme,
Pengetahuan didapatkan dari akal manusia. Pengalaman merupakan stimulus yang kemudian diolah dalam akal pikiran manusia untuk menjadi pengetahuan.
Fenomenalisme,
Pengetahuan didapatkan dari fenomena atau gejala yang ditemui dalam kehidupan.
Intusionisme,
Didapatkan dari pengalaman yang dirasakan panca indera saja tetapi juga dari intuisi yang dirasakan ketika mengalami suatu kejadian.
Dialektis.
Pengetahuan didapatkan dari tanya jawab atau diskusi yang berdasarkan logika.

Proses Lahirnya Pengetahuan
Pendekatan Non-Ilmiah
Penemuan kebenaran secara kebetulan
Penemuan diperoleh tanpa rencana (tidak dapat diperhitungkan lebih dahulu). Meskipun demikian, perolehan kebenaran dengan cara ini banyak terjadi dan berguna.
Penemuan kebenaran dengan “akal-akalan” (apriori murni)
Akal sehat merupakan serangkaian konsep yang dapat digunakan untuk menyimpulkan hal-hal yang benar. Walaupun demikian, kebenaran yang diperoleh dapat juga menyesatkan
Penemuan kebenaran secara intuitif
Dalam hal ini kebenaran diperoleh melalui proses yang tidak disadari atau tidak diperkirakan lebih dahulu tanpa melalui suatu penalaran.
Penemuan kebenaran melalui usaha coba-coba
Penemuan ini merupakan hasil usaha percobaan yang dilakukan berulang-ulang (trial and error) tanpa petunjuk pemecahan yang jelas.
Penemuan kebenaran melalui kewibawaan
Kebenaran didasarkan kepada reputasi kedudukan seseorang. Pendapat seseorang yang dianggap mempunyai kewibawaan dalam bidang tertentu akan diterima tanpa diuji lagi, walaupun sebenarnya kebenaran pendapat tersebut belum tentu terbukti.
Penemuan kebenaran secara spekulatif
Merupakan tral and error yang lebih tinggi tarafnya. Dalam proses penemuannya digunakan pertimbangan sebagai panduan, walaupun pertimbangan yang digunakan kurang dipikirkan secara mendalam.
Penemuan kebenaran melalui wahyu
Penemuan kebenaran didasarkan kepada wahyu sebagai pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan YME kepada manusia melalui Nabi-Nabi utusanNya sepanjang zaman.

Pendekatan Ilmiah
  • Diperoleh dilaksanakan melalui penelitian yaitu suatu penelitian yang sistematis dan terkontrol berdasarkan fakta empiris.
  • Disandarkan pada dua cara pokok yaitu rasio (deduktif) dan pengalaman (induktif).
  • Penelitian ulang sesuai dengan langkah dan kondisi yang  sama akan diperoleh hasil yang konsisten.
Referensi :
Wikipedia
Bahrum, SE, M.Ak, Akt
Fahruddin Faiz, Dr, S.Ag., M.Ag.
Kompasiana

Wednesday, 27 November 2019

Ontologi

Pengertian :
  • Menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani ONTOS yang berarti wujud (being) dan LOGOS yang artinya ilmu jadi ontologi berarti ilmu tentang wujud atau ilmu tentang hakekat kenyataan. 
  • Runes : ontology is the theory of being qua being, artinya ontologi adalah teori tentang wujud.
  • Van Cleeve Morris : Ontology is the study of the real world
  • Secara umum Ontologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti segala sesuatu yang ada.

Ontologi merupakan bagian dari metafisika dimana metafisik adalah apa yang ada dibalik fisik tidak terjangkau oleh indera fisik. Keduanya merupakan sama-sama kajian terhadap struktur dasar dari realitas menerobos ke balik dunia fisik yang dapat diakses oleh indera manusia, sehingga menemukan hakikat/esensi dari realitas. Metafisika membicarakan segala sesuatu yang dianggap ada, mempersoalkan hakekat. Hakekat ini tidak dapat dijangkau oleh panca indera karena tak terbentuk, berupa, berwaktu dan bertempat. Dengan mempelajari hakikat kita dapat memperoleh pengetahuan dan dapat menjawab pertanyaan tentang apa hakekat ilmu itu. 

Esensi & Eksistensi :
Esensi = Hakikat terdalam dari sesuatu
Substansi = tempat/wadah bagi sifat-sifat, terwujud di dalamnya esensi.
Lawan substansi adalah aksidensi. Aksiden adalh sifat dari substansi.


Jenis Argumen Ontologis
Monisme
Parmenides keragaman pada dasarnya sesungguhnya semu, segala sesuatu pada hakikatnya sebenarnya satu / sama.
Monisme dalam sejarahnya pernah melahirkan dua kutub besar pemikiran: a) Materialisme, b) Idealisme

Naturalisme
Teori yang diterima secara “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Nature adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam. Jargon Naturalisme : Yang alami pasti benar dan baik.

Materialisme
Alam (universe) merupakan kesatuan material yang tak terbatas; alam termasuk di dalamnya segala materi dan energi (gerak atau tenaga) selalu ada dan akan tetap ada. 
Materi ada sebelum jiwa (mind), dan dunia material adalah yang pertama.
Hakekat sejarah, kehidupan dan alam semesta adalah pada materi itu sendiri sehingga bisa dikatakan secara umum materi menentukan yang non materi dan yang fisik menentukan yang non fisik.

Idealisme
Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa. 
Idealisme adalah memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas.
Plato bahwa pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.
Secara umum dapat dikatakan ada dua macam kaum idealis; kaum spiritualis dan kaum dualis. 

Dualisme 
Konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik. 
Plato dan  Aristoteles dualisme jiwa dan raga berhubungan dengan spekulasi tentang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan, berpendapat bahwa “kecerdasan” seseorang (bagian dari pikiran atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik. 
Descartes, bahwa pikiran adalah substansi nonfisik. bliau pertama kali mengidentifikasi dengan jelas antara pikiran dengan kesadaran dan membedakannya dengan otak, sebagai tempat kecerdasan. serta telah berhasil merumuskan permasalahan jiwa-raga dalam bentuknya yang ada sekarang.
Hylomorfisme (yang ada itu tersusun dari matter & form bahan dan bentuk).

Pluralisme
Hakikat Kenyataan adalah Plural, tidak bisa di pungkiri meyakini narasi tunggal bisa menjelaskan realitas yang plural.

Empirisisme Logis / Positivisme Logis
Teori yang minitik beratkan pada Anti-Metafisika sehingga setiap pernyataan metafisik sifatnya harus Meaningless
Setiap pernyataan harus memiliki syarat “dapat diverifikasi” untuk bisa dianggap valid
Kebenaran adalah dialektika antara akal dan kenyataan.
Refferensi :
Bahrum, SE, M.Ak, Akt
Fahruddin Faiz, Dr, S.Ag., M.Ag.
Kompasiana 14 November 2018 

Wednesday, 20 November 2019

Disruption Era

Paul Gilding dan Francis Fukuyama dalam bukunya “The Great Disruption.
Fenomena guncangan besar yang dialami dunia, hal ini tersebut terbentuk sebagai akumulasi perubahan ekologi dramatis dan meningkatnya persaingan global yang salah satu faktor penyebabnya adalah konvergensi teknologi informasi (TIK).

Rhenald Khasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Adanya pemahaman yang kurang pas tentang disruption belakangan ini ia rasakan. Menganggap disruption hanya berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi (ICT), atau lebih spesifiknya soal taksi online, melulu bisnis startup, serta seakan-akan disruption melulu soal bisnis aplikasi yang digerakkan untuk mempertemukan suply dengan demand.

Dampak Era Distruption :
  • Mendorong dunia global berpikir tentang bagaimana menerapkan ilmu “masa depan” dalam kondisi “sekarang”. Disisi lain, banyak pemimpin, politisi, birokrat, akademisi, bahkan pengusaha masih berkutat dengan logika “masa lalu” untuk diterapkan “sekarang”.
  • Mempengaruhi berbagai relasi bangsa dalam memenangkan persaingan global, sistem negara dan sumber daya menuju ke suatu sistem yang saling terkait, sharing economy menuju kecepatan dan efesiensi penggunaan sumber daya.
  • Menuntut negara, pemerintah dan berbagai organisasi, untuk melakukan perubahan mindset, yang menuntut system yang simpler (lebih mudah), cheaper (lebih murah), accesible (lebih terjangkau), dan   faster (lebih cepat).
  • Menciptakan dunia baru : digital marketplace, perdagangan dunia maya, pendatang baru menantang korporasi-korporasi besar dan para incumbent sehingga menjadi sesuatu yang tak terhindarkan atau menjadi keniscayaan.
  • Fenomena ekonomi baru (sharing economy), pemanfaatan internet of things secara masif segala bidang dan sector kehidupan. Persaingan bisnis bukan lagi antara produk dalam industri yang sejenis, melainkan antara model bisnis dalam industri yang batas-batasnya semakin kabur.
Fenomena Disruption?
  • Disruption sejatinya adalah mengubah bukan hanya "cara" berbisnis, melainkan juga fundamental bisnisnya. Baik dari struktur biaya sampai ke budaya, dan bahkan ideologi industri.
  • Keniscayaan pada era disruption sesungguhnya terjadi secara meluas. Mulai dari pemerintahan, ekonomi, hukum, politik, sampai penataan kota, konstruksi, pelayanan kesehatan, pendidikan, kompetisi bisnis dan juga hubungan-hubungan sosial. Bahkan konsep marketing pun sekarang terdisrupsi.
  • Banyak yang menyadari bahwa pekerjaan-pekerjaan yang sekarang tengah digeluti para buruh, bankir, dan dosen, mungkin sebentar lagi akan beralih. Bahkan masih ada yang beranggapan bahwa disruption seakan-akan hanya masalah meng-online-kan layanan, menggunakan aplikasi dan mem-broker-kan hal-hal tertentu.
Contoh Sederhana :
Disruption terjadi akibat perubahan cara-cara berbisnis yang sebelumnya menekankan pada owning (kepemilikan) menjadi sharing (saling berbagi peran, kolaborasi resources). Disnislah letak perubahan yang dulunya semua perlu dan harus  dimiliki, dikuasai, dikerjakan sendiri, sekarang tidak lagi dimana pada era perubahan justru bisa saling berbagi peran.

Perubahan akan terjadi di mana-mana, dalam bidang industri apa pun, bahkan mengubah landasan hubungan dari kepemilikan perorangan menjadi kolektif kolaboratif. Beberapa hal penting dalam disruption :
  1. Penghematan banyak biaya melalui proses bisnis yang menjadi lebih simpel. 
  2. Membuat kualitas apapun yang dihasilkannya lebih baik ketimbang yang sebelumnya. 
  3. Potensi menciptakan pasar baru, atau membuat mereka yang selama ini ter-eksklusi menjadi ter-inklusi. Membuat pasar yang selama ini tertutup menjadi terbuka. 
  4. Produk/jasa hasil disruption lebih mudah diakses atau dijangkau oleh para penggunanya. 
  5. Segala sesuatu kini menjadi serba smart. Lebih pintar, lebih menghemat waktu dan lebih akurat. 
Hal yang Telah Berubah di Era Disruption
1. Pasar yang baru
Perubahan Pada akhirnya mencptakan suatu dunia baru: digital marketplace, menandakan bentuk pasar yang berubah. Dengan kata lain konsumen pun akan berpindah. Pasar tersebut tidak disadari dan tidak terlihat wujudnya. 
2. Nasib yang berbeda
Menghadapi pertarungan yang kompetitif, akan selalu ada akhir yang berbeda bagi masing-masing pemain. Disruption menuntut adanya inovasi. Tanpa hal tersebut, akan kalah, bahkan menggantikan yang terdahulu. Sehingga inovasi yang berkelanjutan adalah kunci.
3. Bersaing dengan business model
Pertarungan tidak sesederhana hanya sekadar produk dan layanan melainkan mencakup pada model bisnis (business model). Produk bisa saja sama, tetapi apabila model bisnisnya bisa menarik hati konsumen, maka sudah barang  tentu akan nyata  siapa yang menjadi pemenang


Menyongsong Era Disruption menuju Era Abundance
Focus dan serius dengan fenomena era Disruption (gangguan), maka akan menjadi pemain yang baik. Jika menginginkan menjadi pemain yang sukses besar (hebat), maka harus mengarahkan energi pikiran dan usaha untuk menyongsong era Abundance (keberlimpahan).

Ray Kurzweil, Co-Founder Singularity University. Di tahun 1999 dalam buku "The Age of Spiritual Machines", thesis tentang "The Law of Accelerating Return".
Law of Moore tidak hanya berlaku dalam 50 tahun terakhir, tapi polanya telah hadir sejak 120 tahun terakhir, di mana teknologi bergerak secara eksponensial. Artinya, kecepatan prosesor komputer, daya tampung hard disk, dan segala hal yang disentuh keajaiban teknologi informasi, berlipat dua setiap 18 bulan, atau jadi lebih murah setengahnya.

Co-founder Singularity University yang satunya, Peter Diamandis, membuktikan bahwa kemajuan teknologi secara eksponensial ini melalui 6 tahapan "6D of Exponential Growth", yaitu:
  1. Digitalization transformasi dari analog menuju digital di hampir semua sektor. 
  2. Deception orang terlena karena awalnya kelihatan pelan dan cuma riak-riak kecil, sampai pertumbuhan eksponensialnya menyentuh "knee of the curve" alias "titik lejit". 
  3. Disruption titik lejit menjadi reaksi atom yang mengguncang kemapanan. Ini yang sedang kita ributkan sekarang dan bikin banyak orang dan perusahaan panik. Tapi ini hanya fase transisi menuju 3D terakhir. 
  4. Dematerialization semua produk kehilangan wadah fisik untuk ditransfer di "Cloud" alias awan digital tak bertepi. 
  5. Demonetization di dalam "awan digital", tempat menyimpan segala hal itu, hampir semua biaya jadi turun drastis. Buku, musik, film, ilmu, informasi, komunikasi, dan lain-lain, tiba-tiba jadi membludak volumenya dan makin lama makin murah harganya. 
  6. Democratization puncaknya, karena semua serba berkelimpahan dan berbiaya minimal sekali, maka terjadilah era Abundance atau disebut Free Economy dan Sharing Economy. 
Incip-incip Free Economy : 
kirim surat gratis (email), telpon interlokal gratis (WA call), sekolah gratis (khannacademy), kuliah gratis (coursera), buku gratis (pdfdrive.net), film dan musik gratis (youtube), rekaman ceramah, seminar, dan training gratis (youtube), disain gratis (canva), main game gratis (anak saya yang tahu ini), kumpul-kumpul ngobrol bareng 50 orang dari segala penjuru dunia gratis (zoom), penginapan gratis (couchsurfing), dll.

Transisi  era disrupsi yang penuh gejolak harus diterima dengan semangat dan optimisme, sebelum kita masuk era Abundance. Hal pentingnya sekarang menjadi pertanyaan :
  1. Peluang apa aja yg akan hadir di era Abundance & kemampuan menangkap peluang menentukan kita  menjadi The Have atau Super Have (tenang, tidak akan ada yang jadi "The Have Not" yang kelaparan atau kurang sandang, pangan, papan). 
  2. Apa saja yang perlu kita persiapkan untuk menangkap peluang-peluang dahsyat ini?  Siapkan diri, keluarga, dan ataupun usaha kita saat era itu belum datang. Belajarlah berenang sebelum banjirnya datang. 
  3. Apa saja efek samping yang akan terjadi, dan bagaimana kita mengatasinya bersama-sama? Rencana yang baik, tidak boleh menututup mata bahwa akan ada konsekuensi yang perlu kita antisipasi. 
Sumber  :
Yusrin Ahmad T 
Lia S. Associated

Monday, 18 November 2019

Etika Diskrimnasi Pekerjaan

“Kita menganggap keyakinan-keyakinan ini sebagai hal yang nyata, bahwa semua manusia diciptakan sama; bahwa kita semua oleh Tuhan dianugerahi hak yang tidak dapat diambil oleh orang lain; bahwa diantara hak-hak tersebut adalah hak untuk memperoleh kehidupan, kebebasan, dan mencari kebahagiaan.”

Sifat Diskriminasi Pekerjaan
Arti dasar diskriminasi adalah membedakan satu objek dengan objek lainnya, suatu tindakan yang secara moral adalah netral dan tidak dapat disalahkan.
Dalam pengertian modern, istilah diskriminasi secara moral tidak netral, karena biasanya mengacu pada tindakan membedakan seseorang dari orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki, namun berdasarkan prasangka atau berdasarkan sikap-sikap yang secara moral tercela. Melakukan diskriminasi tenaga kerja berarti membuat serangkaian keputusan yang merugikan pegawai sebagai anggota kelompok tertentu karena adanya prasangka yang secara moral tidak dibenarkan terhadap kelompok tersebut.
Ada 3 elemen dasar diskriminasi dalam ketenaga kerjaan, yaitu :
  • Keputusan yang merugikan seorang pegawai atau lebih karena bukan didasarkan pada kemampuan yang dimilikinya.
  • Keputusan yang diambil berdasarkan prasangka rasial atau seksual, stereotipe yang salah, atau sikap lain yang secara moral tidak benar terhadap anggota kelompok tertentu dimana pegawai tersebut berasal.
  • Keputusan yang memiliki pengaruh negatif atau merugikan pada kepentingan-kepentingan pegawai yang dapat mengakibatkan mereka kehilangan pekerjaan, kesempatan memperoleh kenaikan pangkat, atau gaji yang lebih baik.
Bentuk-bentuk Diskriminasi : Aspek Kesengajaan dan Aspek Institusional
  • Tindakan diskriminatif yang dilakukan secara sengaja dan terpisah (tidak terinstitusionalisasikan) merupakan bagian dari perilaku yang terpisah dari seseorang yang dengan sengaja dan sadar melakukan diskriminasi karena adanya prasangka pribadi.
  • Tindakan diskriminatif yang terjadi secara tidak disengaja dan terinstitusionalisasikan.
Tingkat Diskriminasi
  1. Perbandingan penghasilan rata-rata, yaitu perbandingan atas keuntungan rata-rata yang diberikan institusi pada kelompok yang terdiskriminasi dengan keuntungan rata-rata yang diberikan pada kelompok lain. Perbandingan penghasilan ini mencerminkan berbagai kesenjangan yang berkaitan dengan ras, gender/jenis kelamin, dll. Seperti perbandingan penghasilan rata-rata keluarga Amerika kulit putih dengan non-kulit putih, maka dapat kita lihat bahwa penghasilan keluarga kulit putih jauh lebih besar dari pada penghasilan keluarga non-kulit putih. Perbandingan penghasilan rata-rata pria dan wanita menunjukkan bahwa wanita hanya memperoleh sebagian dari yang diperoleh pria.
  2. Perbandingan kelompok penghasilan terendah, yaitu perbandingan atas proporsi kelompok terdiskriminasi yang terdapat dalam tingkat pekerjaan paling rendah dengan proporsi kelompok lain dalam tingkat yang sama. Seperti tingkat kemiskinan kelompok minoritas di Amerika yang memiliki penghasilan rata-rata yang lebih rendah.
  3. Perbandingan pekerjaan yang diminati, yaitu perbandingan proporsi dari anggota kelompok terdiskriminasi yang memegang jabatan lebih menguntungkan dengan proporsi kelompok lain dalam jabatan yang sama. Distribusi pekerjaan dapat dinilai dan dibuktikan dari diskriminasi kelompok minoritas, rasial, dan seksual.
DISKRIMINASI : UTILITAS, HAK, DAN KEADILAN
Argumen yang menentang diskriminasi secara umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
a. Utilitas
Argumen yang menentang diskriminasi rasial dan seksual didasarkan pada gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika pekerjaan diberikan dengan berdasarkan kompetensi (atau “kebaikan”). Pekerjaan – pekerjaan yang berbeda, memerlukan keahlian dan sifat kepribadian yang bebeda jika kita ingin agar semuanya seproduktif mungkin. 

Akan tetapi, argumen utilitarian ini dihadapkan pada dua keberatan, yaitu:
  • Jika argumen ini benar, maka pekerjaan haruslah diberikan dengan dasar kualifikasi yang berkaitan dengan pekerjaan, hanya jika hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
  • Argumen utilitarian juga harus menjawab tuntutan penentangnya yang menyatakan bahwa masyarakat secara keseluruhan akan memperoleh keuntungan dari keberadaan bentuk–bentuk diskriminasi seksual tertentu.
b. Hak
Argumen non-utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual salah satunya menyatakan bahwa diskriminasi salah karena hal tersebut melanggar hak moral dasar manusia. Prinsip dari teori Kant berarti, masing – masing individu memiliki hak moral untuk diperlakukan sebagai seorang yang merdeka dan sejajajr dengan semua orang lain, dan bahwa semua individu memiliki kewajiban moral korelatif untuk memperlakukan satu sama lain sebagai individu yang merdeka dan sederajat.
Tindakan diskriminasi meanggar prinsip ini dalam dua cara, yaitu:
  • Pertama, diskriminasi didasarkan pada keyakinan bahwa suatu kelompok tertentu dianggap lebih rendah dibandingkan kelompok lain.
  • Kedua, diskriminasi menempatkan kelompok yangterdiskriminasi dalam posisi social dan ekonomi yang rendah.
c. Keadilan
Kelompok argumen non-utilitarian kedua melihat diskriminasi sebagai pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan. Menutup kesempatan bagi kaum minoritas untuk menuduki posisi-posisi tertentu dalam sebuah lembaga sehingga otomatis berarti mereka tidak memperoleh kesempatan yang sama dengan orang lain. Diskriminasi dalam pekerjaan adalah salah karena ia melanggar prinsip dasar keadilan dengan cara membedakan orang-orang berdasarkan karakteristik-karakteristik tertentu (ras atau jenis kelamin) yang tidak relevan dengan tugas yang harus dilaksanakan.

PRAKTIK DISKRIMINASI
Diantara tindakan tindakan–tindakan yang dianggap diskriminatif adalah sebagai berikut :
  1. Rekrutmen. Perusahaan – perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada referensi verbal para pegawai saat ini dalam merekrut pegawai baru cenderung merekrut pegawai dari kelompok ras dan seksual yang sama dengan yang terdapat dalam perussahaan.
  2. Screening (seleksi). Kualifikasi pekerjaan dianggap diskriminatif jika tidak relevan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Wawancara kerja juga akan diskriminatif jika pewawancara mendiskualifikasi calon pegawai dengan berdasarkan stereotype seksual atau rasial.
  3. Kenaikan Pangkat. Proses kenaikan pangkat, kemajuan kerja, dan transfer dikatakan diskriminatif jika perusahaan memisahkan evaluasi kerja pria kulit putih dengan pegawai perempuan dan pegawai dari kelompok minoritas. System senioritas dikatakan diskriminatif jika diskriminasi masa lalu tidak memungkinkan pegawai perempuan atau minoritas untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi dalam jenjang karier.
  4. Kondisi Pekerjaan. Pemberian gaji dikatakan diskriminatif jika diberikan dalam jumlah yang tidak sama untuk orang-orang yang melaksanakan pekerjaan yang pada dasarnya sama.
  5. PHK. Memecat pegawai berdasarkan pertimbangan ras dan jenis kelamin jelas merupakan diskriminasi. Bentuk diskriminasi lainnya adalah kebijakan pemutusan hubungan kerja.
PELECEHAN SEKSUAL
Meskipun cukup sering terjadi, namun pelecehan seksual masih sulit didefinisikan, dikendalikan, dan dicegah. Pada tahun 1978, Equal Employment Opportunity Commission memublikasikan serangkaian “pedoman” untuk mendefinisikan pelecehan seksual dan menetapkan apa yang menurut mereka sebagai tindakan yang melanggar hukum. Lebih jauh lagi, pedoman tersebut menyatakan bahwa pelecehan seksual adalah dilarang dan bahwa pengusaha atau perusahaan bertanggung jawab atas semua tindakan pelecehan seksual yang dilakukan para pegawai, dan tidak masalah apakah tindakan tersebut “dilarang oleh perusahaan”. 

DILUAR RAS JENIS KELAMIN : KELOMPOK LAIN
Diluar ras dan jenis kelamin juga terdapat berbagai diskriminasi terhadap kelompok lain. Yaitu diantaranya:
  • Diskriminasi terhadap pegawai yang lebih tua berdasarkan usia
  • Penderita cacat
  • Prefensi seksual yang tidak lazim
  • Kaumgay dan transeksual
  • Tenaga kerja yang kelebihan berat badan
  • Penderita AIDS
TINDAKAN AFIRMATIF
Untuk menghapus pengaruh - pengaruh diskriminasi masa lalu banyak perusahaan yang melaksanakan program-program tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk mencapai distribusi yang lebih representatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum perempuan dan kelompok minoritas. Inti dari program tindakan afirmatif adalah sebuah penyelidikan yang mendetail (analisis utilisasi) atas semua klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan. 
Kritik terhadap tindakan afirmatif, bahwa dalam upaya memperbaiki kerugian akibat diskriminasi masa lalu, program program itu sendiri juga menjadi diskriminatif, baik rasial maupun seksual.

Argumen untuk membenarkan program afirmatif tersebut :
a. Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi
Argumen-argumen yang mendukung tindakan afirmatif, sebagai salah satu bentuk kompensasi, didasarkan pada konsep keadilan kompensatif, yaitu mengimplikasikan bahwa seseorang wajib memberikan kompensasi terhadap orangorang yang dirugikan secara sengaja. Namun kelemahan pada argumen ini yaitu, prinsip ini mensyaratkan kompensasi hanya dari individu individu yang secara sengaja merugikan orang lain, dan memberikan kompensasi hanya pada individuindividu yang dirugikan. Singkatnya, program tindakan afirmatif tidak adil karena pihak yang memperoleh keuntungan dari program ini bukanlah individu-individu yang dirugikan di masa lalu, dan orang-orang yang harus membayar ganti rugi juga bukan individu yang melakukan tindakan tersebut. 

b. Tindakan Afirmatif Sebagai Instrumen untuk Mencapai Tujuan Sosial
Rangkaian argumen ini didasarkan pada gagasan, program-program tersebut secara moral merupakan instrument yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan yang secara moral juga sah. Para penentang argumen ini menyatakan bahwa program tindakan afirmatif tidak adil karena mendistribusikan keuntungan dengan berdasarkan kriteria yang tidak relevan seperti ras, maka kaum utilitarian bisa menjawab bahwa kebutuhan, bukan ras, merupakan kriteria untuk mendistribusikan keuntungan dari program afirmatif.

Hambatan yang dihadapi oleh pembenaran utilitarian atas program tindakan afirmatif:
  • Apakah biaya social dari program tindakan afirmatif (seperti perasaan frustasi yang dialami pria kulit putih) lebih besar dari keuntungan-keuntungan yang diperoleh.
  • Apakah asumsi bahwa ras merupakan indikator kebutuhan yang tepat.
Argumen paling tegas dan paling persuasif untuk mendukung program tindakan afirmatif ini adalah:
  • Bahwa tujuan yang diharapkan oleh program tindakan afirmatif adalah keadilan yang merata.
  • Bahwa program tindakan afirmatif secara moral merupakan cara yang sah untuk mencapai tujuan.
Tujuan program tindakan afirmatif diharapkan dapat dicapai dengan beberapa cara, dan tujuan program tindakan afirmatif ini adalah :

  • Mendistribusikan keuntungan dan beban masyarakat yang konsisten dengan prinsip-prinsip keadilan distributif, dan yang mampu menghapuskan dominasi ras atau jenis kelamin tertentu atas kelompok pekerjaan penting.
  • Untuk memberikan bias (baik yang disadari maupun tidak) untuk menjamin hak yang sama untuk memperoleh kesempatan bagi kaum perempuan dan minoritas.
  • Untuk menetralkan kelemahan kompetitif, agar kaum yang terdiskriminasi (perempuan dan kaum minoritas) memperoleh posisi yang sama untuk bersaing dengan kaum mayoritas.
Tiga alasan mengapa tindakan afirmatif yang pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan keadilan pada masyarakat, dikatakan tidak sah:
  • Program tindakan airmatif merupakan “diskriminasi” terhadap pria kulit putih.
  • Perlakuan prefensial melanggar prinsip keadilan karena menggunakan karakteristik yang tidak relevan untuk membuat keputusan kepegawaian.
  • Tindakan ini sesungguhnya malah merugikan kaum perempuan dan minoritas.

Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan keberagaman
Selain ras dan jenis kelamin kriteria lain juga perlu dipertimbangkan saat mengambil keputusan dalam program tindakan afirmatif, yaitu diantaranya :
  • Jika hanya kriteria ras dan jenis kelamin yang digunakan, hal ini akan mengarahkan pada perekrutan yang tidak berkualifikasi dan mungkin akan menurunkan produktifitas  Banyak pekerjaan yang memiliki pengaruh-pengaruh penting pada kehidupan orang lain.
  • Para penentang menyatakan bahwa program tindakan afirmatif, jika dilanjutkan, akan membuat Negara kita menjadi Negara yang lebih diskriminatif.
Cara memasukan berbagai pertimbangan ke dalam program tindakan afirmatif ketika kaum minoritas kurang terwakili:

1. Kelompok minoritas dan bukan minoritas wajib direkrut atau di promosikan hanya jika mereka telah mencapai tingkat kompensasi minimum atau mampu mencapai tingkat tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
2. Jika kualifikasi minoritas hanya sedikit lebih rendah (atau sama atau lebih tinggi) dibandingkan yang bukan dari kelompok minoritas, maka calon tersebut harus lebih diutamakan.
3. Jika calon dari kelompok minoritas dan bukan minoritas sama-sama berkualifikasi atas suatu pekerjaan, namun calon dari kelompok bukan minoritas jauh lebih berkualifikasi, maka :
  • Jika pelaksanaan pekerjaan tersebut berpengaruh langsung pada kehidupan atau keselamatan orang lain atau jika pelaksanaan pekerjaan tersebut memiliki pengaruh pentig pada efisiensi seluruh perusahaan, maka calon dari bukan minoritas yang lebih diutamakan
  • Jika pekerjaan tersebut tidak berkaitan langsung dengan aspek keselamatan dan tidak memiliki pengaruh penting pada efisiensi perusahaan, maka calon dari kelompok minoritas harus lebih diutamakan
4. Perefensi juga harus diberikan pada calon dari kelompok minoritas hanya jika jumlah pegawai minoritas dalam berbagai tingkat jabatan dalam perusahaan tidak proposional dengan ketersediaan dalam populasi.

Gaji yang Sebanding untuk Pekerjaan yang Sebanding

  • Program tindakan afirmatif dimaksudkan untuk menambah proposi perempuan dalam jabatan-jabatan di mana mereka kurang terwakili, namun tidak menyinggung masalah gaji dalam jabatan tersebut ingin diperoleh kaum perempuan. Program nilai sebanding yang diusulkan dimaksudkan untuk mengatasi masalah gaji rendah. Program nilai sebanding tidak berusaha menempatkan lebih banyak pegawai perempuan dalam jabatan-jabatan dengan gaji yang lebih tinggi. Akan tetapi, berusaha memberikan gaji yang lebih tinggi bagi bpegawai perempuan dalam pekerjaan mereka saat ini. Program nilai sebanding dalam perusahaan dimaksudkan untuk menyesuaikan gaji dari kedua jenis pekerjaan ini agar menjadi kurang lebih sama.
  • Program nilai sebanding menilai setiap pekerjaan menurut tingkat kesulitan, persyaratan keahlian, pengalaman, akuntabilitas, risiko, persyaratan pengetahuan, tanggung jawab, kondisi kerja, dan semua faktor lain yang dianggap layak memperoleh kompensasi. Argumen dasar yang mendukung program nilai sebanding didasarkan pada prinsip keadilan: keadilan mewajibkan yang sebanding haruslah diperlakukan secara sebanding. Argumen utama yang menentang program nilai sebanding difokuskan pada kelayakan pasar sebagai penentu gaji.
Tindakan Afirmatif Sebagai Instrumen untuk Mencapai Tujuan Sosial 

Hambatan utama yang dihadapi oleh pembenaran utilitarian atas program  afirmatif,  pertama  berkaitan  dengan  persoalan  apakah  biaya  sosial dari program tindakan afirmatif lebih besar dari keuntungan yang diperoleh. Kedua, mempertanyakan asumsi bahwa ras merupakan indikator kebutuhan yang tepat. Tujuan-tujuan tindakan afirmatif, adalah sebagai berikut:
  1. Salah satu tujuan pogram tindakan afirmatif adalah mendistribusikan keuntungan dan beban masyarakat yang konsisten dengan prinsipkeadilan distributif, dan mampu menghapuskan dominasi rasatau jenis kelamin tertentu atas kelompok pekerjaan yang penting.
  2. Untuk menetralkan bias (baik yang disadari ataupun tidak) untuk menjamin hak yang sama untuk memperoleh kesempatan bagi kaum perempuan dan minoritas.
  3. Menetralkan kelemahan kompetitif yang saat ini diteliti yang saat ini dimiliki oleh kaum perempuan dan minoritas saat mereka bersaing dengan pria kulit putih, agar mereka memperoleh posisi awal yang sama untuk bersaing dengan pria kulit putih.
Tujuan  dasarnya  adalah  terciptanya  masyarakat  yang  lebih  adil. Kesempatan  yang  dimiliki  seseorang  tidak  dibatasi  oleh  ras  atau  jenis kelaminnya.  Tujuan  ini  secara  moral  sah  sejauh  usaha  untuk  memperoleh kesempatan yang sama secara moral juga masih dianggap sah.

Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan Keberagaman 
Kriteria   lain   selain   ras   dan   jenis   kelamin    yang   perlu dipertimbangkan   saat   mengambil   keputusan   dalam   program   tindakan afirmatif. Pertama, jika hanya kriteria ras dan jenis kelamin yang digunakan akan  mengarah  pada  perekrutan  pegawai  yang  tidak  berkualifikasi  dan mungkin menurunkan produktivitas. Kedua, banyak pekerjaan yang memiliki pengaruh penting pada kehidupan orang lain. Jika suatu pekerjaan memiliki pengaruh  penting,  katakanlah  pada  jiwa  orang  lain,  kriteria  selain  ras  dan jenis  kelamin  harus  diutamakan  dan  lebih  dipertimbangkan  dibandingkan tindakan  afirmatif. Ketiga,  para  penentang  menyatakan  bahwa  program tindakan  afirmatif,jika  dilanjutkan,  akan  membuat  sebuah  negara  menjadi negara yang lebih diskriminatif. Jadi, program-program ini harus dihentikan secepat   mungkin   setelah   apa   yang   di   ingin   diperbaiki   telah   berhasil diperbaiki. 

Pedoman  berikut  ini  di  usulkan  sebagai  salah satu  cara  untuk memasukkan  berbagai  pertimbangan  ke  dalam  program  tindakan  afirmatif ketika kaum minoritas kurang terwakili dalam suatu perusahaan:

1. Kelompok  minoritas  dan  bukan  minoritas  wajib  direkrut  atau dipromosikan hanya   jika   mereka   telah   mencapai   tingkat kompetensi  minimum  atau  mampu  mencapai  tingkat  tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
2. Jika kualifikasi calon dari kelompok minoritas hanya sedikit lebih rendah  (atau  sama  atau  lebih  tinggi)  dibandingkan  yang  bukan dari   kelompok   minoritas, maka   calon   tersebut   harus   lebih diutamakan.
3. Jika  calon  dari  kelompok  minoritas  dan  bukan  minoritas  sama-sama  berkualifikasi  atas  suatu  pekerjaan,  namun  calon  dari kelompok bukan minoritas jauh lebih berkualifikasi, maka: 

  • Jika pelaksanaan pekerjaan tersebutberpengaruh langsung pada kehidupan atau keselamatan orang lain (misalnya profesi dokter bedah atau pilot) atau jika pelaksanaan pekerjaan tersebut memiliki pengaruh penting pada efisiensi seluruh perusahaan (misalnya jabatan sebagai kepala pengawas keuangan), maka calon dari kelompok bukan minoritas yang jauh lebih baik berkualifikasi harus lebuh diutamakan; namun
  • Jika pekerjaan tersebut (seperti halnya sebagian besar pekerjaan “umum” dalam perusahaan) tidak berkaitan langsung dengan aspek keselamatan dantidak memiliki pengaruh penting pada efisiensi perusahaan, maka calon dari kelompok minoritas harus lebih diutamakan.
4. Preferensi   juga   harus   diberikan   pada   calon   dari   kelompok minoritas  hanya  jika  jumlah  pegawai  minoritas  dalam  berbagai tingkat  jabatan  dalam  perusahaan  tidak  proporsional  dengan ketersediaan dalam populasi. Kontroversi sehubungan dengan kelayakan moral program tindakan afirmatif belum berakhir. Tidak berarti program seperti itu tidak melanggar semua  prinsip  moral.  Jika  argumen  itu  benar,  program  tindakan  afirmatif setidaknya konsisten dengan prinsip moral.

Gaji yang Sebanding untuk Pekerjaan yang Sebanding 
Program nilai sebanding diawali dengan memperkirakan nilai setiap pekerjaan  terhadap  suatu  organisasi  (dalam  kaitannya  dengan  persyaratan keahlian,   tugas,   tanggung   jawab  dan   karakteristik   lain   yang   menurut perusahaan   layak   memperoleh   kompensasi)dan  memastikan   bahwa pekerjaan dengan nilai yang sebanding gajinya juga sebanding, tidak peduli apakah  pasar  tenaga  kerja  eksternal  memberi  gaji  yang  sama  atau  berbeda untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Program  nilai  sebanding  menilai  setiap  pekerjaan  menurut  tingkat kesulitan, persyaratan keahlian, pengalaman, akuntabilitas risiko, persyaratan pengetahuan, tanggung jawab, kondisi kerja, dan semua faktor lain dianggap layak  mendapatkan  kompensasi.  Selanjutnya  pekerjaa-pekerjaan  tersebut dianggap layak diberi gajiyang sama jika nilainya sama, dan gaji yang lebih tinggi (atau lebih rendah) jika nilainya juga lebih tinggi (atau lebih rendah). Pertimbangan-pertimbangan  pasar  kerja  digunakan  untuk  menentukan  gaji sesungguhnya  yang  akan  dibayarkan  untuk  pekerjaan  dengan  nilai  tertentu. Namun jika nilainya sama, maka gaji yang diberikan juga harus sama.
Argumen  dasar  yang  mendukung  program  sebanding  di  dasarkan pada   prinsip  keadilan:   keadilan   mewajibkan   yang   sebanding   haruslah diperlakukan secara sebanding. 

KESIMPULAN
Arti diskriminasi adalah membedakan satu objek dari objek lainnya, tindakan yang secara moral adalah netral dan tidak dapat disalahkan. Berbeda dengan  pengertian  modern,  istilah  ini  secara  moral  tidak netral.  Karena membedakan seseorang dari orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki, namun berdasarkan prasangka atau sikap yang secara moral tercela Bentuk-bentuk diskriminasi antara lain :
• Aspek Kesengajaan 
• Aspek Institusional

Tingkat diskriminasi adalah sebagai berikut :
1. Perbandingan penghasilan rata-rata
2. Perbandingan kelompok penghasilan terendah
3. Perbandingan pekerjaan yang diminati

Argumen yang menentang diskriminasi secara umum dapat di bagi menjadi tiga kelompok :
1) argumen utilitarian 
2) argumen hak 
3) argumen keadilan 
`
Argumen  yang  digunakan  untuk  membenarkan  program-program tindakan  afirmatif  dalam  menghadapi  kecaman  dari  pihak-pihak  tertentu dapat di kelompokkan ke dalam dua bagian  : 
1) Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi 
2) Tindakan  Afirmatif  Sebagai  Instrumen  untuk  Mencapai  Tujuan Sosial

Saturday, 16 November 2019

Obligasi & Penilaian

Obligasi :
Jogiyanto
Pengertian obligasi (bond) adalah suatu kontrak pinjaman yang mengharuskan untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman dalam kurun waktu tertentu yang telah disepakati oleh pihak yang bersangkutan.
Frank J. Fabozzi
Obligasi adalah salah satu jenis utang atau surat pengakuan hutang suatu perusahaan yang akan dibayar pada waktu jatuh tempo sebesar nominalnya. Penghasilan yang diperoleh dari obligasi adalah berupa tingkat bunga yang akan dibayar oleh perusahaan penerbit obligasi pada saat jatuh tempo.
Rowland
Obligasi perusahaan adalah sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang pada tanggal jatuh tempo dengan pembayaran bunga secara periodik.


Penerbit Obligasi
Beberapa emiten obligasi: 
  • Pemerintah pusat 
  • Perusahaan  
  • Pemerintah daerah 
  • Perusahaan/pemerintah asing 
Rating Obligasi
Sebagai alat untuk mengukur kemampuan dan keinginan emiten dalam membayar bunga (kupon) dan pokok pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan kondisi perusahaan
Peringkat Obligasi dikeluarkan oleh lembaga independen yang secara khusus bertugas untuk memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan perusahaan, misalnya Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT. Kasnic Credit Rating Indonesia 

Contoh rating dengan status kreditnya :
  • Rating   Status Kredit
  • AAA     Excellent
  • AA        Very Good
  • A     Good
  • BBB     Adequate
  • BB-CCC Junk (Speculative)
Jenis-Jenis Obligasi
Berdasarkan penerbitnya 
  • Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta. 
  • Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat. Istilah lainnya adalah Treasury Bonds
  • Municipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untut membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility). 
  • Foreign Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah asing atau perusahaan asing

Berdasarkan jaminannya
  • Secured bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga
  • Guaranteed Bonds: dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga 
  • Mortgage Bonds: dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap. 
  • Collateral Trust Bonds: dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya. 
  • Unsecured bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan atau aset riil tertentu 
Karakteristik Obligasi
Nilai par atau nilai nominal
Nilai yang tertera pada kertas obligasi dan mewakili jumlah uang yang dipinjam oleh perusahaan dan akan dibayarkan pada saat jatuh tempo (maturity).
Kupon/ tingkat bunga ( coupon rate )
Jumlah bunga yang harus dibayarkan setiap tahun oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi (coupon bonds)
Contoh: par value Rp 10.000 bayar kupon Rp 1000 per tahun. Artinya kupon sebesar 10% per tahun.
Maturity date (jatuh tempo)
Tanggal dimana nilai pari harus dibayar

Perilaku Harga Obligasi
Harga obligasi yang diperdagangkan biasanya dinyatakan dengan angka persentase (tanpa %). Contoh : jika harga penutupan sebuah obligasi adalah 105 berarti obligasi itu diperdagangkan pada 105 % dari nilai nominal (pari).
Harga obligasi dipengaruhi tingkat suku bunga perbankan 
Jika suku bunga > coupon rate, maka cenderung dijual at discountJika suku bunga = coupon rate, maka cenderung dijual at parJika suku bunga < coupon rate, maka cenderung dijual at premium
Pembeli obligasi yang membeli di harga dibawah nilai pari (nominal) dikatakan membeli obligasi at discount. Apabila obligasi naik di atas nilai nominalnya maka dikatakan obligasi dijual at premium sedangkan obligasi at par adalah obligasi yang dijual sebesar harga nominalnya.

Risiko Obligasi
  • Risiko dalam berinvestasi obligasi antara lain:
  • Risiko bunga dan nominal tidak terbayar (default risk)
  • Risiko obligasi sulit dijual kembali (liquidity risk)
  • Risiko harga pasar obligasi turun karena kenaikan suku bunga pasar (interest rate risk)
Inovasi Onligasi
Obligasi Mengambang Terbalik
Hampir sama dengan obligasi tingkat bunga mengambang , tetapi obligasi ini mempunyai tingkat bunga yang turun ketika tingkat bunga pasar naik.
Obligasi Beragunan Aset
Obligasi yang tingkat bunganya mengikuti kinerja dari aset-aset yang telah ditentukan. Pendapatan dari aseet-aset yang ditentukan tersebut digunakan untuk membayar utang obligasi 
Obligasi Bencana
Obligasi bencana ini adalah satu cara untuk memindahkan risiko bencana dari perusahaan, ke pasar modal. Ini adalah cara baru bagi perusahaan untuk mendapatkan asuransi dari pasar modal terhadap kekacauan tertentu. 
Obligasi Terindeks
Obligasi terindeks memberikan pembayaran yang terpaut pada indeks pasar umum atau harga komoditas tertentu.

Ilustrasi Keuntungan Berinvestasi Obligasi
Kita membeli sebuah obligasi dengan nilai pari Rp 100 juta dengan harga at discount, 90 (90% dari nilai pari= Rp 90 juta), masa jatuh tempo 5 tahun, obligasi tersebut memberikan kupon tetap sebesar 16% per tahun dan dibayarkan setiap tahun. Berapa perolehan yang diterima investor hingga jatuh tempo?
Jawab:
  • Perolehan kupon atau bunga yakni sebesar Rp 16 juta per tahun (16% xRp 100 juta) selama 5 tahun 
  • Di akhir tahun ke-5 kita juga memperoleh kembali nilai pari dari obligasi tersebut yakni sebesar Rp 100 juta. Karena membeli pada harga at discount 90, maka terdapat juga keuntungan dari nilai diskon, yaitu Rp10 juta (100jt-90jt)
  • Jadi perolehan investor selama menyimpan obligasi tsb hingga  jatuh tempo adalah kupon selama 5 tahun ditambah nilai diskonto

Contoh :
Sebuah obligasi dengan nilai pari Rp 100 juta dengan harga saat discount Rp 85 juta, masa jatuh tempo 5 tahun, obligasi tersebut memberikan kupon tetap sebesar 14% per tahun dan dibayarkan setiap tahun. Berapa keuntungan yang diterima investor selama memegang obligasi hingga jatuh tempo?
Jawab :
Perolehan kupon atau bunga : = 14% xRp 100 juta = Rp 14 juta per tahun, selama 5 tahun Di akhir tahun ke-5 memperoleh kembali nilai pari dari obligasi tersebut sebesar Rp 100 juta. Karena membeli pada harga at discount 85 (85% x100 juta), maka keuntungan dari nilai diskonto: Rp 15 juta (100jt-85jt)Jadi perolehan investor selama menyimpan obligasi tsb hingga jatuh tempo adalah kupon selama 5 tahun ditambah nilai diskonto (Rp 70 juta + Rp 15 juta = Rp 85 juta)
Struktur Jangka Waktu Tingkat Bunga
  • Dalam kondisi yang pasti seluruh investasi harus memberikan jumlah imbal hasil yang sama untuk periode investasi mana pun. Tingkat imbal hasil dari investasi jangka pendek dari seluruh obligasi haruslah sama dalam perekonomian bebas risiko, dan seluruhnya sama terhadap tingkat bunga yang tersedia bagi obligasi jangka pendek. Juga, jumlah hasil dari obligasi jangka pendek bergulir akan sama dengan jumlah imbal hasil dari obligasi jangka panjang.
  • Tingkat bunga forward adalah tingkat bunga impas di masa depan yang akan menghitung jumlah imbal hasil dari strategi bergulir terhadap obligasi berkupon nol jangka panjang.
Sensitivitas Tingkat Bunga

Sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan pada tingkat bunga pasar jelas merupakan kekhawatiran yang besar bagi investor.
  • Harga dan tingkat imbal hasil obligasi berhubungan terbalik: jika tingkat imbal hasil turun, harga obligasi meningkat.
  • Kenaikan tingkat imbal hasil hingga jatuh tempo obligasi menghasilkan perubahan harga yang lebih kecil dibandingkan penurunan tingkat imbal hasil dengan besaran yang sama
  • Harga obligasi jangka panjang cenderung lebih sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dibandingkan harga obligasi jangka pendek.
  • Sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat imbal hasil meningkat pada tingkat yang semakin berkurang ketika jangka waktu bertambah. Dengan kata lain, risiko tingkat bunga lebih rendah secara proporsional dibandingkan jangka waktu
  • Risiko tingkat bunga berhubungan terbalik dengan tingkat bunga obligasi. Harga dari obligasi berbunga tinggi lebih tidak sensitive terhadap perubahan tingkat bunga dibandingkan obligasi berbunga rendah
  • Sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat imbal hasilnya berhubungan terbalik dengan tingkat imbal hasil hingga jatuh tempo di waktu obligasi tersebut di jual
Mengelola Portofolio Obligasi
  • Obligasi tanpa risiko seperti obligasi pemerintah dapat dipengaruhi oleh risiko tingkat bunga. Obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang umumnya lebih sensitive terhadap pergerakan tingkat bunga dibandingkan dengan jangka waktu yang lebih pendek.
  • Pengelolaan obligasi secara aktif terdiri atas teknik peramalan tingkat bunga dan analisis spread antarpasar. Sebuah taksonomi popular mengelompokkan strategi-strategi aktif sebagi swap substitusi, swap atas spread antarpasar, swap yang mengantisipasi tingkat bunga atau swap imbal hasil murni
  • Analisis horizon adalah sebuah bentuk peramalan tingkat bunga. Dalam proseduri ini analis meramalkan posisi dari kurva imbal hasil pada akhir periode kepemilikan, dan dari kurva imbal hasil tersebut memprediksikan harga obligasi yang sesuai.
Penilaian Obligasi
  • Penilaian obligasi berarti penentuan harga obligasi
  • Pada penilaian sekuritas (termasuk obligasi), pada umumnya, digunakan konsep nilai sekarang (present value)
  • Dengan prinsip ini, nilai obligasi akan ditentukan oleh nilai intrinsiknya
  • Nilai (intrinsik) obligasi bisa diestimasi dengan “mendiskonto’ semua aliran kas yang berasal dari pembayaran kupon, ditambah pelunasan obligasi sebesar nilai par, pada saat jatuh tempo.
Mengapa dilakukan Penilaian Surat Utang (Debt Sucurities)
  • Pembelian atau penjualan untuk mendapatkan dana tunai
  • Pertukaran utang dengan ekuitas atau sebaliknya
  • Alokasi nilai total perusahaan di Antara berbagai kelas sekuritas di dalam suatu leveraged buyout, rekapitalisasi atau kepailitan
  • Penyesuaian suatu neraca untuk keperluan debt securities yang di miliki atau yang terutang
Penilaian Obligasi Tanpa Bunga
Rumus:
PV    MV          
     (1+k)n
atau  
PV =   MV(PVIFk,n)

MV = Maturity Value
k  = tingkat keuntungan yang diminta/YTM 
n  = jumlah periode

* YTM (yield to maturity) : tingkat keuntungan yang diminta  investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh tempo.

Contoh:
Sebuah obligasi tak berbunga yang bernilai nominal Rp 500.000.000,00 jatuh tempo dalam 4 tahun. Tentukan harga obligasi jika investor mengharapkan yield 12%!
Jawab :
MV  = Rp 500.000.000
n = 4 thn
PV    =    MV
    (1+k)n 
PV     = 500.000.000 =  Rp 317.759.000,00
                    (1+0,12)4 

Penilaian Obligasi Berbunga Tahunan
Nilai obligasi adalah present value dari semua aliran kas yang diperoleh investor dari obligasi (bunga & principal/maturity value) pada tingkat keuntungan yang diminta.


PV = 


PV = 


PV =  INT(PVIFAk,n) + MV(PVIFk,n)

INT = bunga
MV = Maturity Value (Nilai Jatuh Tempo)
k = tingkat keuntungan yang diminta
n = jumlah tahun

Contoh:
Nilai nominal sebuah obligasi adalah Rp 500.000,00, tingkat kupon 12%/tahun dan jatuh tempo 3 tahun. Jika tingkat keuntungan yang diminta atas obligasi tersebut adalah 15%, berapakah nilai intrinsik obligasi tersebut?
Jawab:

PV =

    =   60.000 + 60.000 + 60.000 + 500.000
  1,15 1,152     1,153     1,153       
     =  52.173,91+45.368,62+39.450,97+328.758,12 
PV  = Rp 465.751,62 


Dalam kasus  k < kupon rate, nilai intrinsik obligasi akan melebihi nilai nominalnya. Artinya investor membayar obligasi tersebut at premium.

Contoh:
Nilai nominal sebuah obligasi adalah Rp 1.000.000,00, tingkat kupon 10%/tahun dan jatuh tempo 9 tahun. Jika tingkat keuntungan yang diminta atas obligasi tersebut adalah 8%, berapakah nilai intrinsik obligasi tersebut?

Jawab:

PV  =  INT(PVIFA8%,9) + MV(PVIF8%,9)
     =  100.000(6,247) + 1.000.000(0,5)
     =  624.700+500.000
PV=  Rp 1.124.700,00

Jadi, nilai intrinsik obligasi dengan MV = Rp 1.000.000,00, kupon rate 10%/tahun, n=9 tahun dan k=8% adalah Rp 1.124.700,00 

Penilaian Obligasi Berbunga Setengah Tahunan
Rumus:

PV = 

PV =  (INT/2)(PVIFAk/2,2n)+MV(PVIFk/2,2n)

Penilaian Obligasi Berbunga Setengah Tahunan
Soal:
Obligasi PT. XYZ berkupon 12%/tahun dan kupon dibayarkan setiap setengah tahun, memiliki nilai nominal Rp 10.000.000,00 dan waktu jatuh tempo 8 tahun. Jika tingkat keuntungan yang diminta adalah 16% per tahun, berapakah nilai intrinsik obligasi tersebut?

Diketahui: MV = Rp 10.000.000,00
Interest/kupon rate = 12%/tahun
n = 8 tahun
k = 16%/tahun
Ditanya: PV = ?
Jawab:
PV = (INT/2)(PVIFA8%,16)+MV(PVIF8%,16)
    = 600.000(8,851)+10.000.000(0,292)
    = 5.310.600+2.920.000
PV = 8.230.600
Jadi, nilai intrinsik obligasi tersebut adalah Rp 8.230.600,00


Authors :
Dwi Wuryanto
Deni Atif Hidayat
Ilham Ananto

Lao Tzu

  Kata Bijak Kehidupan Lakukan hal-hal sulit selagi masih mudah & Lakukan hal-hal besar saat masih kecil. Perbuatan Besar berawal dari p...