Wednesday, 20 November 2019

Disruption Era

Paul Gilding dan Francis Fukuyama dalam bukunya “The Great Disruption.
Fenomena guncangan besar yang dialami dunia, hal ini tersebut terbentuk sebagai akumulasi perubahan ekologi dramatis dan meningkatnya persaingan global yang salah satu faktor penyebabnya adalah konvergensi teknologi informasi (TIK).

Rhenald Khasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Adanya pemahaman yang kurang pas tentang disruption belakangan ini ia rasakan. Menganggap disruption hanya berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi (ICT), atau lebih spesifiknya soal taksi online, melulu bisnis startup, serta seakan-akan disruption melulu soal bisnis aplikasi yang digerakkan untuk mempertemukan suply dengan demand.

Dampak Era Distruption :
  • Mendorong dunia global berpikir tentang bagaimana menerapkan ilmu “masa depan” dalam kondisi “sekarang”. Disisi lain, banyak pemimpin, politisi, birokrat, akademisi, bahkan pengusaha masih berkutat dengan logika “masa lalu” untuk diterapkan “sekarang”.
  • Mempengaruhi berbagai relasi bangsa dalam memenangkan persaingan global, sistem negara dan sumber daya menuju ke suatu sistem yang saling terkait, sharing economy menuju kecepatan dan efesiensi penggunaan sumber daya.
  • Menuntut negara, pemerintah dan berbagai organisasi, untuk melakukan perubahan mindset, yang menuntut system yang simpler (lebih mudah), cheaper (lebih murah), accesible (lebih terjangkau), dan   faster (lebih cepat).
  • Menciptakan dunia baru : digital marketplace, perdagangan dunia maya, pendatang baru menantang korporasi-korporasi besar dan para incumbent sehingga menjadi sesuatu yang tak terhindarkan atau menjadi keniscayaan.
  • Fenomena ekonomi baru (sharing economy), pemanfaatan internet of things secara masif segala bidang dan sector kehidupan. Persaingan bisnis bukan lagi antara produk dalam industri yang sejenis, melainkan antara model bisnis dalam industri yang batas-batasnya semakin kabur.
Fenomena Disruption?
  • Disruption sejatinya adalah mengubah bukan hanya "cara" berbisnis, melainkan juga fundamental bisnisnya. Baik dari struktur biaya sampai ke budaya, dan bahkan ideologi industri.
  • Keniscayaan pada era disruption sesungguhnya terjadi secara meluas. Mulai dari pemerintahan, ekonomi, hukum, politik, sampai penataan kota, konstruksi, pelayanan kesehatan, pendidikan, kompetisi bisnis dan juga hubungan-hubungan sosial. Bahkan konsep marketing pun sekarang terdisrupsi.
  • Banyak yang menyadari bahwa pekerjaan-pekerjaan yang sekarang tengah digeluti para buruh, bankir, dan dosen, mungkin sebentar lagi akan beralih. Bahkan masih ada yang beranggapan bahwa disruption seakan-akan hanya masalah meng-online-kan layanan, menggunakan aplikasi dan mem-broker-kan hal-hal tertentu.
Contoh Sederhana :
Disruption terjadi akibat perubahan cara-cara berbisnis yang sebelumnya menekankan pada owning (kepemilikan) menjadi sharing (saling berbagi peran, kolaborasi resources). Disnislah letak perubahan yang dulunya semua perlu dan harus  dimiliki, dikuasai, dikerjakan sendiri, sekarang tidak lagi dimana pada era perubahan justru bisa saling berbagi peran.

Perubahan akan terjadi di mana-mana, dalam bidang industri apa pun, bahkan mengubah landasan hubungan dari kepemilikan perorangan menjadi kolektif kolaboratif. Beberapa hal penting dalam disruption :
  1. Penghematan banyak biaya melalui proses bisnis yang menjadi lebih simpel. 
  2. Membuat kualitas apapun yang dihasilkannya lebih baik ketimbang yang sebelumnya. 
  3. Potensi menciptakan pasar baru, atau membuat mereka yang selama ini ter-eksklusi menjadi ter-inklusi. Membuat pasar yang selama ini tertutup menjadi terbuka. 
  4. Produk/jasa hasil disruption lebih mudah diakses atau dijangkau oleh para penggunanya. 
  5. Segala sesuatu kini menjadi serba smart. Lebih pintar, lebih menghemat waktu dan lebih akurat. 
Hal yang Telah Berubah di Era Disruption
1. Pasar yang baru
Perubahan Pada akhirnya mencptakan suatu dunia baru: digital marketplace, menandakan bentuk pasar yang berubah. Dengan kata lain konsumen pun akan berpindah. Pasar tersebut tidak disadari dan tidak terlihat wujudnya. 
2. Nasib yang berbeda
Menghadapi pertarungan yang kompetitif, akan selalu ada akhir yang berbeda bagi masing-masing pemain. Disruption menuntut adanya inovasi. Tanpa hal tersebut, akan kalah, bahkan menggantikan yang terdahulu. Sehingga inovasi yang berkelanjutan adalah kunci.
3. Bersaing dengan business model
Pertarungan tidak sesederhana hanya sekadar produk dan layanan melainkan mencakup pada model bisnis (business model). Produk bisa saja sama, tetapi apabila model bisnisnya bisa menarik hati konsumen, maka sudah barang  tentu akan nyata  siapa yang menjadi pemenang


Menyongsong Era Disruption menuju Era Abundance
Focus dan serius dengan fenomena era Disruption (gangguan), maka akan menjadi pemain yang baik. Jika menginginkan menjadi pemain yang sukses besar (hebat), maka harus mengarahkan energi pikiran dan usaha untuk menyongsong era Abundance (keberlimpahan).

Ray Kurzweil, Co-Founder Singularity University. Di tahun 1999 dalam buku "The Age of Spiritual Machines", thesis tentang "The Law of Accelerating Return".
Law of Moore tidak hanya berlaku dalam 50 tahun terakhir, tapi polanya telah hadir sejak 120 tahun terakhir, di mana teknologi bergerak secara eksponensial. Artinya, kecepatan prosesor komputer, daya tampung hard disk, dan segala hal yang disentuh keajaiban teknologi informasi, berlipat dua setiap 18 bulan, atau jadi lebih murah setengahnya.

Co-founder Singularity University yang satunya, Peter Diamandis, membuktikan bahwa kemajuan teknologi secara eksponensial ini melalui 6 tahapan "6D of Exponential Growth", yaitu:
  1. Digitalization transformasi dari analog menuju digital di hampir semua sektor. 
  2. Deception orang terlena karena awalnya kelihatan pelan dan cuma riak-riak kecil, sampai pertumbuhan eksponensialnya menyentuh "knee of the curve" alias "titik lejit". 
  3. Disruption titik lejit menjadi reaksi atom yang mengguncang kemapanan. Ini yang sedang kita ributkan sekarang dan bikin banyak orang dan perusahaan panik. Tapi ini hanya fase transisi menuju 3D terakhir. 
  4. Dematerialization semua produk kehilangan wadah fisik untuk ditransfer di "Cloud" alias awan digital tak bertepi. 
  5. Demonetization di dalam "awan digital", tempat menyimpan segala hal itu, hampir semua biaya jadi turun drastis. Buku, musik, film, ilmu, informasi, komunikasi, dan lain-lain, tiba-tiba jadi membludak volumenya dan makin lama makin murah harganya. 
  6. Democratization puncaknya, karena semua serba berkelimpahan dan berbiaya minimal sekali, maka terjadilah era Abundance atau disebut Free Economy dan Sharing Economy. 
Incip-incip Free Economy : 
kirim surat gratis (email), telpon interlokal gratis (WA call), sekolah gratis (khannacademy), kuliah gratis (coursera), buku gratis (pdfdrive.net), film dan musik gratis (youtube), rekaman ceramah, seminar, dan training gratis (youtube), disain gratis (canva), main game gratis (anak saya yang tahu ini), kumpul-kumpul ngobrol bareng 50 orang dari segala penjuru dunia gratis (zoom), penginapan gratis (couchsurfing), dll.

Transisi  era disrupsi yang penuh gejolak harus diterima dengan semangat dan optimisme, sebelum kita masuk era Abundance. Hal pentingnya sekarang menjadi pertanyaan :
  1. Peluang apa aja yg akan hadir di era Abundance & kemampuan menangkap peluang menentukan kita  menjadi The Have atau Super Have (tenang, tidak akan ada yang jadi "The Have Not" yang kelaparan atau kurang sandang, pangan, papan). 
  2. Apa saja yang perlu kita persiapkan untuk menangkap peluang-peluang dahsyat ini?  Siapkan diri, keluarga, dan ataupun usaha kita saat era itu belum datang. Belajarlah berenang sebelum banjirnya datang. 
  3. Apa saja efek samping yang akan terjadi, dan bagaimana kita mengatasinya bersama-sama? Rencana yang baik, tidak boleh menututup mata bahwa akan ada konsekuensi yang perlu kita antisipasi. 
Sumber  :
Yusrin Ahmad T 
Lia S. Associated

No comments:

Post a Comment

Lao Tzu

  Kata Bijak Kehidupan Lakukan hal-hal sulit selagi masih mudah & Lakukan hal-hal besar saat masih kecil. Perbuatan Besar berawal dari p...